MPnews. Medan - Hidup didunia penuh dengan tantangan, hidup didunia penuh dengan berbagai proses yang menentukan hidup kita berhasil atau tidaknya didalam Tuhan. Oleh sebab itu, sekalipun kita sebagai orang percaya, haruslah memastikan hidup kita kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai proses dan dalam pertumbuhan iman. Raja Yosafat adalah raja dimana dia dibesarkan dari keluarga yang tidak mengandalkan Tuhan. Tetapi Yosafat hidupnya justru sebaliknya, dia adalah raja yang mengandalkan Tuhan pada awal kerajaannya. Kita akan belajar dari kehidupan seorang raja Yosafat, dimana dia cukup tangguh ketika dipercayakan Tuhan untuk menjadi raja.
1. Tidak membuang waktu. 1 Tawarikh 17:1-2.
Inilah strategi yang dilakukan pada masa awal kerajaannya, yaitu memperkuat daerahnya dengan memanfaatkan prajurit yang sudah tersedia. Artinya Yosafat ketika telah dipercayakan Tuhan, dia tidak menyia-nyiakan waktu yang sudah Tuhan berikan kepada dia ketika menjadi raja. Ada banyak orang ketika Tuhan sudah percayakan suatu posisi, atau talenta, tetapi malah menyia-nyiakan waktu yang sudah Tuhan berikan, dimana talenta atau apa yang Tuhan telah percayakan kepada kita, terbuang dengan sia-sia, karena tidak berkembang sama sekali. Seringkali kita tidak menyadari, dan bahkan mungkin dalam keadaan sadar, kita menyia-nyiakan talenta atau kepercayaan yang Tuhan telah berikan kepada kita. Dari kehidupan Yosafat, saya mendapati bahwa kita sudah seharusnya tidak membuang-buang waktu pada saat ada peluang untuk mengembangkan talenta atau kepercayaan yang Tuhan telah berikan. Oleh sebab itu pastikan kita jangan membuang-buang waktu kita, sehingga kita tetap kuat didalam Tuhan.
2. Belajar dari pengalaman yang terdahulu. 2 Tawarikh 17:3-5.
Ini adalah salah satu yang dipelajari oleh Yosafat, sekalipun ketika dia belum menjadi raja, dimana dia belajar dari bapa leluhurnya(Daud), sehingga ketika dia menjadi raja, dia mempraktekan apa yang dia lihat baik dari bapa leluhurnya. Artinya Yosafat belajar dari pengalaman bapa leluhurnya(Daud). Jadi ini adalah cara Yosafat untuk bertindak agar dia tidak salah didalam kerajaannya, yaitu belajar dari pengalaman, termasuk pengalaman Daud. Ada banyak orang percaya, kenapa lemah dalam menghadapi masalah atau tantangan dalam hidup, yaitu dikarenakan tidak belajar dari pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain. Artinya sangat penting bagi kita untuk kita belajar dari orang lain yang mungkin lebih baik dari kita. Kunci untuk belajar dari pengalaman kita atau pengalaman orang lain adalah kerendahan hati yang kuat. Dalam ayat 5 dikatakan "Tuhan mengokohkan kerajaan yang ada dibawa kekuasaan Yosafat". Ini adalah hasil bagaimana Yosafat belajar dari pengalaman bapa leluhurnya. Oleh itu, penting bagi kita untuk kita terus belajar dari pengalaman agar kita semakin kuat didalam Tuhan.
3. Perhatikan pergaulan kita. 1 Tawarikh 20:35-37.
Dalam ayat ini kita dapat melihat dimana seorang raja Yosafat yang seharusnya dapat terus tetap kuat dalam panggilannya, atau tujuannya didalam Tuhan. Seharunya Yosafat semakin kuat, bukan semakin lemah, seharusnya semakin berhikmat, bukan semakin sombong dan sebagainya, sehingga Yosafat pada akhir hidupnya lemah didalam Tuhan, dikarenakan dia salah dalam memilih pergaulan. Yosafat bergaul dengan orang fasik, yang dimana orang fasik artinya orang yang mungkin sudah beragama namun tidak meyakini atau tidak taat dalam kepercayaannya, sehingga mereka keluar dari kepercayaan imannya. Ayat ini menunjukan bahwa Yosafat bukan hanya salah memilih pergaulan, tetapi juga mengubah dirinya menjadi orang fasik, yang semakin lama tidak percaya kepada Tuhan. Artinya pergaulan kita sangat menentukan masa depan kita didalam Tuhan. Makanya tidak sedikit kita melihat orang percaya jaman sekarang, ketika semangat di awal pelayanan, pekerjaan usaha, namun ketika salah dalam memilih pergaulan, maka semakin membuat kita tidak percaya dengan Tuhan, sehingga tidak lagi melibatkan Tuhan. Oleh sebab itu pastikan pergaulan kita sesuai dengan firman Tuhan, dimana pergaulan kita adalah pergaulan yang membangun iman kita antara satu dengan yang lain, sehingga kita tetap kuat didalam Tuhan.
Kesimpulan: Jadi orang yang dialam Tuhan adalah orang ketika Tuhan percayakan sesuatu, tidak membuang-buang waktu yang ada, dengan langsung membangun strategi untuk pengembangan diri. Oleh sebab itu, pastikan kita belajar dari pengalam pribadi dan juga pengalaman orang lain yang patut kita ikuti. Pastikan pergaulan kita adalah pergaulan yang membuat iman kita semakin berumbuh, sehingga kita semakin kuat didalam Tuhan. Amin
Ev. Ariston Napitupulu. S.Th