MPnews.Medan - Keadaan akhir jaman ini adalah keadaan dimana orang-orang percaya akan teruji siapa dirinya sebenarnya didalam Tuhan. Artinya kita sebagai orang percaya harus selalu sadar agar kita tetap dalam jalur kehendakNya agar kita tidak kehilangan dari keselamatan yang Tuhan telah berikan kepada kita. Sebagai orang percaya, sudah seharusnya kita selalu memiliki kesadaran akan adanya Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita tetap teguh dalam iman percaya kita, sekalipun keadaan dan situasi menekan kita untuk kita kehilangan keimanan kita. Rasul Petrus adalah salah satu contoh didalam alkitab yang dimana dia mudah kehilangan iman percayanya, namun pada akhirnya dia menang. Jika baca dalam Yohanes 18:10, disinilah kita bisa lihat dengan jelas apa dan bagaimana sifat atau respon Petrus dalam menghadapi situasi dan keadaan yang di hadapinya. Dalam Yohanes 18:1-11, menceritakan dimana Yesus akan di tangkap oleh prajurit-prajurit untuk diadili, dan respon Petrus menunjukan dia sepertinya dia tidak tahu bahwa kejadian itu memang harus terjadi(Matius 16:21), sehingga dia mengambil keputusan yang salah, dan keputusan seperti itu adalah keputusan yang berasal dari iblis(kejahatan) yang menghalangi kehendak Allah terjadi. Jadi kenapa Petrus(orang percaya) bisa gagal dalam kehidupannya didalam Tuhan?
1. Mempertahankan status(Matius 16:21-23, Yohanes 18:10a).
Sebenarnya Petrus sudah mengetahui bahwa Yesus akan ditangkap sebelumnya, karena Petrus selalu bersama-sama dengan Yesus pada masa pelayanan-Nya. Dalam ayat diatas, kita dapat melihat bahwa respon, tindakan, keputusan dan pikiran yang di miliki Petrus salah. Mungkin Petrus berpikir bahwa tidak seharusnya Yesus mengalami penderitaan tersebut, sehingga dia mengambil keputusan sekalipun itu dengan kekerasan. Petrus merasa bahwa dirinya(murid) mampu menyelamatkan Yesus dari penangkapan, sehingga dia menyerang prajurit yang menangkap Yesus. Namun kita lihat bahwa Yesus menentang respon dan tindakannya, karena apa yang Petrus lakukan salah. Seringkali kita sebagai orang percaya, yang diberkati, melayani, dan dihormati, kita tidak dapat menerima ketika keadaan dan situasi yang datang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mungkin keadaan dan situasi yang kita alami sekarang merendahkan diri kita, mengusik kita, ataupun membuat kita merasa malu, sehingga kita merasa bahwa status kita sebagai seorang yang dihormati, pelayan, diberkati(kaya) menjadi tidak berarti sama sekali. Yesus menekankan dalam Matius 26:53, Filipi 2:8, bahwa ketika kita mengalami keadaan atau situasi yang tidak kita inginkan, tidak harus mempertahankan status kita sebagai seorang yang dihormati, berkuasa, kaya, dan sebagainya, karena itu akan menggagalkan recana Allah dalam hidup kita. Artinya jangan responi masalah kita dengan kekerasan karena mempertahankan status kita. Petrus sudah sangat dekat dengan Yesus, bahkan melayani, berdoa, beribadah bersama-sama dengan Yesus, namun tidak menjamin bahwa orang yang sering beribadah, melayani, mengikuti persekutuan tahu kehendak Allah. Oleh sebab itu miliki pengenalan akan Tuhan secara akurat agar kita mengetahui keadaan dan situasi yang dikehendaki Allah.
2. Lupa diri(Yohanes 18:10-11)
Kita juga dapat melihat respon Petrus dalam ayat ini, dimana dia lupa siapa dirinya. Petrus lupa bahwa dia seorang murid(belajar), sehingga dia merasa lebih tahu dan lebih hebat dari guru. Petrus lupa bahwa Yesus sering melakukan mukjizat dan keajaiban-keajaiban dalam masa pelayanan. Orang yang lupa diri, tidak peduli siapa yang dihadapinya. Oleh sebab itu jangan biarkan keadaan dan situasi membuat kita lupa siapa diri kita didalam Tuhan. Mungkin kita mengalami sakit penyakit, resesi ekonomi, masalah keluarga, masalah pekerjaaan, , atau zona nyaman yang membuat kita lupa siapa diri kita. contoh: seorang suami ketika lupa bahwa dirinya adalah seorang suami dan melakukan kekerasan, karena kita berpikir bahwa si suami tersebut adalah petinju, atau seorang supir ketika sudah mengetahui arah tujuan, tetapi beralih ketujuan yang lain karena tujuan yang lain lebih mudah, enak, dan cepat. Oleh sebab itu jangan lupa siapa diri kita sebagai orang percaya didalam Tuhan. Ketika kita dipercayai sebagai seorang kepala rumah tangga maka sudah seharusnya kita bertanggung jawab sebagai seorang suami. Ketika kita dipercayakan sebagai seorang karyawan, suami, istri, anak, boss, pelayan, gembala, maka harus lah berfungsi dengan baik, dan jangan menjadi lupa akan siapa kita. Seringkali ketika kita sudah merasanya nyaman dalam keadaan atau situasi yang enak, kita lupa dan tidak berfungsi yang seperti yang seharusnya. Oleh sebab itu pastikan kita mengingat selalu siapa diri kita, dan berfungsilah dengan apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita.
3. Salah mempergunakan senjata(talenta,skil) dalam pelayanan(Matius 18:10-11, Lukas 22:35-38).
Ayat ini adalah ayat dimana banyak orang berpendapat bahwa Yesus mengijinkan senjata tajam dalam pelayanan. Namun jika kita baca dalam arti yang sebenarnya, pedang yang dimaksud Yesus disini adalah senjata yang harus kita persiapkan seperti pedang, yang tajam dan siap digunakan untuk melayani, dan jangan salah mempergunakannya. Makannya di Matius 18:10-11, Yesus menentang Petrus, karena bukan pedang yang dapat membunuh, mencelakai, atau merugikan orang lain yang dimaksud Yesus, tetapi pedang yang mendukung pelayanan kita untuk memberitakan injil(pelayanan). Rasul Petrus salah mempergunakan pedangnya. Oleh sebab itu apa yang Tuhan telah percayakan kepada kita, pastikan kita tidak salah mempergunakannya. Seringkali ada banyak orang menggunakan senjatanya(skil, talenta) untuk kepentingan pribadi, merugikan orang lain, dan ini disebabkan kita tidak mengerti menggunakan senjata kita, sehingga kita hanya asal mempergunakannya saja dengan sembarangan. Jadi pastikan bahwa senjata(skil,talenta) yang kita gunakan benar-benar untuk melayani bukan untuk dilayani.
Kesimpulan: Jadi ketahui siapa diri kita didalam Tuhan, karena kalau kita tahu maka kita akan mengerti apa yang harus kita lakukan. Oleh sebab itu, jangan lupa siapa diri kita, karena ketika kita lupa, maka kita tidak akan berfungsi dengan yang seharusnya, sehingga kita juga salah mempergunakan senjata yang sudah dipercayakan kepada kita. Oleh sebab itu selalu miliki pengenalan akan Tuhan secara akurat, karena ketika kita mengenalNya dengan akurat, maka kita akan selalu sadar siapa diri kita didalam Tuhan. Amin
Ev. Ariston Napitupulu M.Th